BILA ALQURAN BISA BICARA
Allah SWT berfirman:
Berkatalah Rasul, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (Al-Quran Surat Al-Furqan,25:30)
Saudaraku, seandainya Al-Quran bisa ngomong, dia akan berbicara:
“Waktu Engkau masih kanak-kanak, Kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu' aku Kau sentuh dalam keadaan suci
Aku Kau pegang, Kau junjung dan Kau pelajari
Aku Engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai Engkaupun selalu menciumku mesra
Sekarang Engkau telah dewasa...
Nampaknya Kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?
Sekarang aku Engkau simpan rapi sekali hingga kadang Engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah Engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar Engkau dianggap bertaqwa
Atau aku Kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku Engkau pendamkan.
Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku Engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku Kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....
Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...Engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..Engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, Engkau abaikan dan Engkau lupakan...
Waktu berangkat kerjapun kadang Engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)
Diperjalanan Engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku
Di meja kerjamu tidak ada aku untuk Kau baca sebelum Kau mulai kerja
Di Komputermu pun Kau putar musik favoritmu
Jarang sekali Engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang Kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu
Benarlah dugaanku bahwa Engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba Engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam Engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah
Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan Engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.
Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ?
Bila Engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhan-Nya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku Engkau dapat selamat melaluinya.
Sekarang Engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.
Bila aku Engkau baca selalu dan Engkau hayati...
Di kuburmu nanti....Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu Engkau membela diri
Bukan koran yang Engkau baca yang akan membantumu Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu
Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.
Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar Engkau senantiasa mengingat Tuhanmu
Sentuhilah aku kembali...
Baca dan pelajari lagi aku....
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu....dulu sekali...
Waktu Engkau masih kecil , lugu dan polos...
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku Engkau biarkan sendiri....
Dalam bisu dan sepi....
Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” ( Al-Quran Surat Al-Isra’,17:09)
Rasulullah Saw bersabda:
“Bacalah Al Quran …sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat (pembela) bagi pembacanya” (HR.Muslim)
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dan kebaikan berlipat sepuluh kali”(HR.At Tirmidzi)
(Penulis: Kang Imam Puji Hartono, semoga Allah memberkahinya selalu dengan beberapa tambahan ayat dan hadits)
Kamis, 22 April 2010
NASEHAT UNTUK ANANDA : “CINTAILAH YANG DICINTAI ALLAH”
Oleh: Ferina Widodo (Fefe mantan artis Elfa’s Singer dan Lenong Rumpi )
Assalamu'alaikum anakku sholehah...
Seandainya mama dulu sudah lebih mengerti ilmu-ilmu Allah seperti sekarang ini,
mungkin mama tidak akan mengalami kesalahan2 masa lalu pandangan dalam pergaulan saat mama remaja dulu,meskipun waktu itu menurut mama semua sudah baik-baik saja.
Tapi ternyata,banyak langkah yang masih salah dipijak,sudah banyak pendapat orang tua yang sempat ditentang,karena kami dulu merasa benar dan baik-baik saja!
Oleh karena itu,anakku sayang,mama ingin ananda memahamiapa yang diperintahkan Allah untuk dipatuhi dan diyakini akan membawa KEBAHAGIAAN dunia dan akherat untuk ananda.
sehingga,ananda tidak membuang waktu dengan percuma hanya karena "salah cara mencintai seseorang pujaan hati"!
Anakku,belajarlah mencintai seseorang yang baik menurut 'syari'at',
belajarlah mencintai seseorang yang dia begitu mencintai Allah,
belajarlah mencintai seseorang yang dipilihkan Allah untukmu,
yang memenuhi kriteria agama Islam,Al Quran & Hadits,
belajarlah mencintai seseorang yang bertanggung jawab kepada Allah.
jika kau mencintai fisik yang menawan wajah yang rupawan,semoga itu bukanlah hanya memenuhi 'nafsu hati saja',
karena belum tentu orang itu bisa membahagiakanmu dunia & akherat,tentu ia pun tidak akan membawa berkah bagi keluarga yang kalian bangun kelak.
Itulah sebabnya,mengapa banyak orang tua muslimah mencarikan jodoh bagi putrinya,se mata2 untuk menghindari 'zinah' dan hal2 buruk yang dapatmenghancurkan pahala akherat bagi anaknya.
Untuk apa kita puas berpasangan dengan 'idaman hati',kalau ternyata akhirnya orang tersebut hanya menyukai kita secara fisik?
tapi tidak menjadi pemimpin dan pembimbing yang sesuai syari'at bagi istrii dan anak2nya.
Dalam pergaulan se hari2 dimasa remaja ini,mohonlah selau RIDHO ALLAH.
Karena yang ananda kagumi secara fisik dan duniawi kadang merupakan hasil godaan syaitan semata,hasil dari 'zinah mata',
yang ananda khayalkan dan impikan seolah-olah ananda pasti akan bahagia jika hidup bersamanya,biasanya hasil dari 'zinah fikiran' saja.
Na'udzubillah.....
Anakku sayang,
Hidup ini hanya sementara.Sedangkan pernikahan adalah SUMPAH kita kepada ALLAH,dan disaksikan para malaikat!
Oleh karena itu,bergaullah dengan orang2 sholeh,pilihlah orang sholeh menjadi pendamping hidupmu kelak,
orang yang di pilihkan ALLAH untukmu,yang diridhoi orang tuamu.
Kuatkanlah permohonanmu dalam ibadah kepadaNYA supaya kau temukan jawabannya.
Jika kau tidak mencintainya hanya karena ia tidak tampan,
belajarlah mencintainya karena Allah mencintai hambanya bagaimanapun ia adanya!
Berdoalah selalu agar Allah menumbuhkan cintamu untuknya.
Jika ibumu ridho,tentu Allah akan meridhoi,karena ridho Allah adalah ridho orang tua yang soleh.
Sekali lagi,renungkanlah,Belajarlah mencintai orang sholeh yang dipilihkan Allah untukmu,
Yakinlah Allah akan selalu melindungimu dari segala godaan dunia ini.Doa mama selalu untukmu dalam setiap langkah dan nafasmu.
Amin Ya Robbal alamin...
Oleh: Ferina Widodo (Fefe mantan artis Elfa’s Singer dan Lenong Rumpi )
Assalamu'alaikum anakku sholehah...
Seandainya mama dulu sudah lebih mengerti ilmu-ilmu Allah seperti sekarang ini,
mungkin mama tidak akan mengalami kesalahan2 masa lalu pandangan dalam pergaulan saat mama remaja dulu,meskipun waktu itu menurut mama semua sudah baik-baik saja.
Tapi ternyata,banyak langkah yang masih salah dipijak,sudah banyak pendapat orang tua yang sempat ditentang,karena kami dulu merasa benar dan baik-baik saja!
Oleh karena itu,anakku sayang,mama ingin ananda memahamiapa yang diperintahkan Allah untuk dipatuhi dan diyakini akan membawa KEBAHAGIAAN dunia dan akherat untuk ananda.
sehingga,ananda tidak membuang waktu dengan percuma hanya karena "salah cara mencintai seseorang pujaan hati"!
Anakku,belajarlah mencintai seseorang yang baik menurut 'syari'at',
belajarlah mencintai seseorang yang dia begitu mencintai Allah,
belajarlah mencintai seseorang yang dipilihkan Allah untukmu,
yang memenuhi kriteria agama Islam,Al Quran & Hadits,
belajarlah mencintai seseorang yang bertanggung jawab kepada Allah.
jika kau mencintai fisik yang menawan wajah yang rupawan,semoga itu bukanlah hanya memenuhi 'nafsu hati saja',
karena belum tentu orang itu bisa membahagiakanmu dunia & akherat,tentu ia pun tidak akan membawa berkah bagi keluarga yang kalian bangun kelak.
Itulah sebabnya,mengapa banyak orang tua muslimah mencarikan jodoh bagi putrinya,se mata2 untuk menghindari 'zinah' dan hal2 buruk yang dapatmenghancurkan pahala akherat bagi anaknya.
Untuk apa kita puas berpasangan dengan 'idaman hati',kalau ternyata akhirnya orang tersebut hanya menyukai kita secara fisik?
tapi tidak menjadi pemimpin dan pembimbing yang sesuai syari'at bagi istrii dan anak2nya.
Dalam pergaulan se hari2 dimasa remaja ini,mohonlah selau RIDHO ALLAH.
Karena yang ananda kagumi secara fisik dan duniawi kadang merupakan hasil godaan syaitan semata,hasil dari 'zinah mata',
yang ananda khayalkan dan impikan seolah-olah ananda pasti akan bahagia jika hidup bersamanya,biasanya hasil dari 'zinah fikiran' saja.
Na'udzubillah.....
Anakku sayang,
Hidup ini hanya sementara.Sedangkan pernikahan adalah SUMPAH kita kepada ALLAH,dan disaksikan para malaikat!
Oleh karena itu,bergaullah dengan orang2 sholeh,pilihlah orang sholeh menjadi pendamping hidupmu kelak,
orang yang di pilihkan ALLAH untukmu,yang diridhoi orang tuamu.
Kuatkanlah permohonanmu dalam ibadah kepadaNYA supaya kau temukan jawabannya.
Jika kau tidak mencintainya hanya karena ia tidak tampan,
belajarlah mencintainya karena Allah mencintai hambanya bagaimanapun ia adanya!
Berdoalah selalu agar Allah menumbuhkan cintamu untuknya.
Jika ibumu ridho,tentu Allah akan meridhoi,karena ridho Allah adalah ridho orang tua yang soleh.
Sekali lagi,renungkanlah,Belajarlah mencintai orang sholeh yang dipilihkan Allah untukmu,
Yakinlah Allah akan selalu melindungimu dari segala godaan dunia ini.Doa mama selalu untukmu dalam setiap langkah dan nafasmu.
Amin Ya Robbal alamin...
KESANTUNAN ANDA MEMBERIKAN JALAN HIDAYAH
KESANTUNAN ANDA MEMBERIKAN JALAN HIDAYAH
(IDRIS TAWFIQ : Kisah Pastor yang Mualaf)
''Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).'' (QS Yunus: 25)
Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa Allah SWT akan memberikan hidayah (jalan kebaikan) kepada siapa saja yang dikehendakinya untuk memilih Islam. Tak peduli siapa pun. Baik dia budak, majikan, pejabat, bahkan tokoh agama non-Islam sekalipun.
Ayat tersebut, layak disematkan pada Idris Tawfiq, seorang pastor di Inggris yang akhirnya menerima Islam. Ia menjadi mualaf setelah mempelajari Islam dan melihat sikap kelemahlembutan serta kesederhanaan pemeluknya.
Sebelumnya, Idris Tawfiq adalah seorang pastor gereja Katholik Roma di Inggris. Mulanya, ia memiliki pandangan negatif terhadap Islam. Baginya saat itu, Islam hanya identik dengan terorisme, potong tangan, diskriminatif terhadap perempuan, dan lain sebagainya.
Namun, pandangan itu mulai berubah, ketika ia melakukan kunjungan ke Mesir. Di negeri Piramida itu, Idris Tawfiq menyaksikan ketulusan dan kesederhanaan kaum Muslimin dalam melaksanakan ibadah dan serta keramahan sikap mereka.
Ia melihat, sikap umat Islam ternyata sangat jauh bertolak belakang dengan pandangan yang ia dapatkan selama ini di negerinya. Menurutnya, Islam justru sangat lembut, toleran, sederhanan, ramah, dan memiliki sifat keteladanan yang bisa dijadikan contoh bagi agama lainnya.
Di Mesir inilah, Tawfiq merasa mendapatkan kedamaian yang sesungguhnya. Awalnya hanya sebagai pengisi liburan, menyaksikan Pirmadia, unta, pasir, dan pohon palem. Namun, hal itu malah membawanya pada Islam dan membuat perubahan besar dalam hidupnya.
''Awalnya mau berlibur. Saya mengambil penerbangan carter ke Hurghada. Dari Eropa saya mengunjungi beberapa pantai. Lalu, saya naik bis pertama ke Kairo, dan saya menghabiskan waktu yang paling indah dalam hidup saya.''
''Ini adalah kali pertama saya pengenalan ke umat Islam dan Islam. Saya melihat bagaimana Mesir yang lemah lembut seperti itu, orang-orang manis, tapi juga sangat kuat,'' terangnya.
''Saya menyaksikan mereka tenang, lembut, dan tertib dalam beribadah. Begitu ada suara panggilan shalat (azan--Red), mereka yang sebagian pedagang, segera berkemas dan menuju Masjid. Indah sekali saya melihatnya,'' terangnya.
Dari sinilah, pandangan Tawfiq berubah tentang Islam. ''Waktu itu, seperti warga Inggris lainnya, pengetahuan saya tentang Islam tak lebih seperti yang saya lihat di TV, memberikan teror dan melakukan pengeboman. Ternyata, itu bukanlah ajaran Islam. Hanya oknumnya yang salah dalam memahami Islam,'' tegasnya.
Ia pun mempelajari Alquran. Pelajaran yang didapatkannya adalah keterangan dalam Alquran yang menyatakan:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang YAHUDI dan MUSYRIK. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang beriman adalah orang yang berkata, ''Sesungguhnya kami ini orang NASRANI.'' Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena seungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.''
(Al-Maidah ayat 82).
Ayat ini membuatnya berpikir keras. Baginya, Islam sangat baik, toleran. Justru, pihak lain yang memusuhinya. Inilah yang menjadi awal keislaman mantan pastor Inggris dan akhirnya menerima Islam.
Sepulang dari Mesir, Tawfiq masih menjadi penganut agama Katholik. Bahkan, ketika dia aktif mengajarkan pelajaran agama kepada para siswa di sebuah sekolah umum di Inggris, ia diminta mengajarkan pendidikan Studi agama.
''Saya mengajar tentang agama Kristen, Islam, Yudaisme, Buddha dan lain-lain. Jadi, setiap hari saya harus membaca tentang agama Islam untuk bisa saya ajarkan pada para siswa. Dan, di sana banyak terdapat siswa Muslim keturunan Arab. Mereka memberikan contoh pesahabatan yang baik, bersikap santun dengan teman lainnya. Dari sini, saya makin intens berhubungan dengan siswa Muslim,'' ujarnya.
Dan selama bulan Ramadhan, kata dia, dia menyaksikan umat Islam, termasuk para siswanya, berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih bersama-sama. ''Hal itu saya saksikan hampir sebulan penuh. Dan, lama kelamaan saya belajar dengan mereka, kendati waktu itu saya belum menjadi Muslim,'' papar Tawfiq.
Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat-ayat Alquran dari terjemahannya. Dan ketika membaca ayat 83 surah Al-Maidah, ia pun tertegun.
''Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka MENCUCURKAN AIR MATA disebabkan KEBENARAN (Alquran).''
(Al-Maidah ayat 83).
Secara tiba-tiba, kata Tawfiq, ia pun merasakan apa yang disampaikan Alquran. Ia menangis. Namun, hal itu ia sembunyikan dari pandangan para siswanya. Ia merasa ada sesuatu di balik ayat tersebut.
Dari sini, Tawfiq makin intensif mempelajari Islam. Bahkan, ketika terjadi peristiwa 11 September 2001, dengan dibomnya dua menara kembar World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat, dan ketika banyak orang menyematkan pelakunya kalangan Islam. Ia menjadi heran. Kendati masih memeluk Kristen Katholik, ia yakin, Islam tidak seperti itu.
''Awalnya saya sempat takut juga. Saya khawatir peristiwa serupa terulang di Inggris. Apalagi, orang barat telah mencap pelakunya adalah orang Islam. Mereka pun mengecamnya dengan sebutan teroris,'' kata Tawfiq.
Namun, Tawfiq yakin, Islam tidak seperti yang dituduhkan. Apalagi, pengalamannya sewaktu di Mesir, Islam sangat baik, dan penuh dengan toleransi. Ia pun bertanya-tanya. ''Mengapa Islam? Mengapa kita menyalahkan Islam sebagai agama teroris. Bagaimana bila kejadian itu dilakukan oleh orang Kristen? Apakah kemudian Kristen akan dicap sebagai pihak teroris pula?'' Karena itu, ia menilai hal tersebut hanyalah dilakukan oknum tertentu, bukan ajaran Islam.
Masuk Islam
Dari situ, ia pun mencari jawabannya. Ia berkunjung ke Masjid terbesar di London. Di sana berbicara dengan Yusuf Islam tentang Islam. Ia pun kemudian memberanikan diri bertanya pada Yusuf Islam. ''Apa yang akan kamu lakukan bila menjadi Muslim?''
Yusuf Islam menjawab. ''Seorang Muslim harus percaya pada satu Tuhan, shalat lima kali sehari, dan berpuasa selama bulan Ramadhan,'' ujar Yusuf.
Tawfiq berkata, ''Semua itu sudah pernah saya lakukan.''
Yusuf berkata, ''Lalu apa yang Anda tunggu?''
Saya katakan, ''Saya masih seorang pemeluk Kristiani.''
Pembicaraan terputus ketika akan dilaksanakan Shalat Zhuhur. Para jamaah bersiap-siap melaksanakan shalat. Dan, saat shalat mulai dilaksanakan, saya mundur ke belakang, dan menunggu hingga selesai shalat.
Namun, di situlah ia mendengar sebuah suara yang mempertanyakan sikapnya. ''Saya lalu berteriak, kendati dalam hati. ''Siapa yang mencoba bermain-main dengan saya.''
Namun, suara itu tak saya temukan. Namun, suara itu mengajak saya untuk berislam. Akhirnya, setelah shalat selesai dilaksanakan, Tawfiq segera mendatangi Yusuf Islam. Dan, ia menyatakan ingin masuk Islam di hadapan umum. Ia meminta Yusuf Islam mengajarkan cara mengucap dua kalimat syahadat.
''Ayshadu an Laa Ilaha Illallah. Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.'' Saya bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah.
Jamaah pun menyambut dengan gembira. Ia kembali meneteskan air mata, bukan sedih, tapi bahagia.
Ia mantap memilih agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini. Dan, ia tidak menyesali telah menjadi pengikutnya. Berbagai gelar dan penghargaan yang diterimanya dari gereja, ia tanggalkan.
''Dulu saya senang menjadi imam (pastor--Red) untuk membantu masyarakat selama beberapa tahun lalu. Namun, saya merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dan kurang tepat. Saya beruntung, Allah SWT memberikan hidayah pada saya, sehingga saya semakin mantap dalam memilih Islam. Saya tidak menyesal meninggalkan tugas saya di gereja. Saya percaya, kejadian (Islamnya--Red) ini, lebih baik dibandingkan masa lalu saya,'' terangnya.
Berdakwah Lewat Lisan dan Tulisan
Ketika ditanyakan pada Idris Tawfiq tentang perbedaan besar antara Kristen Katholik dan Islam, ia berkata: ''Dasar dari agama Islam adalah Allah. Semua perkara disaksikan Allah, tak ada yang luput dari perhatian-Nya. Ini berbeda dengan yang saya dapatkan dari agama sebelumnya. Islam merupakan agama yang komprehensif.''
Ia menambahkan, Islam mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa beribadah kepada Allah setiap saat. Tak terbatas hanya pada hari Minggu. Selain itu, kata dia, Islam mengajarkan umatnya cara menyapa orang lain dengan lembut, bersikap ramah, mengajarkan adab makan dan minum, memasuki kamar orang lain, cara bersilaturahim yang baik. ''Tak hanya itu, semua persoalan dibahas dan diajarkan oleh Islam,'' terangnya.
Penceramah dan penulis
Caranya bertutur kata, sikapnya yang sopan dan santun banyak disukai masyarakat. Gaya berbicaranya yang baik sangat sederhana dan lemah lembut, menyentuh hati, serta menyebabkan orang untuk berpikir. Ia pun kini giat berceramah dan menulis buku tentang keislaman.
Ia memberikan ceramah ke berbagai tempat dengan satu tujuan, menyebarkan dakwah Islam. Idris Tawfiq mengatakan, dia bukan sarjana. Namun, ia memiliki cara menjelaskan tentang Islam dalam hal-hal yang sangat sederhana. Dia memiliki banyak pengalaman dalam berceramah dan mengenali karakter masyarakat.
Ia juga banyak memberikan bimbingan dan pelatihan menulis serta berpidato bagi siswa maupun orang dewasa. Kesempatan ini digunakannya untuk mengajarkan pada orang lain. Termasuk, menjelaskan Islam pada dunia Barat yang banyak menganut agama non-Muslim.
Idris juga dikenal sebagai penulis. Tulisannya tersebar di berbagai surat kabar, majalah, jurnal, dan website di Inggris Raya. Ia juga menjadi kontributor regional dan Konsultan untuk website www.islamonline.net dan ww.readingislam.com.
(IDRIS TAWFIQ : Kisah Pastor yang Mualaf)
''Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).'' (QS Yunus: 25)
Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa Allah SWT akan memberikan hidayah (jalan kebaikan) kepada siapa saja yang dikehendakinya untuk memilih Islam. Tak peduli siapa pun. Baik dia budak, majikan, pejabat, bahkan tokoh agama non-Islam sekalipun.
Ayat tersebut, layak disematkan pada Idris Tawfiq, seorang pastor di Inggris yang akhirnya menerima Islam. Ia menjadi mualaf setelah mempelajari Islam dan melihat sikap kelemahlembutan serta kesederhanaan pemeluknya.
Sebelumnya, Idris Tawfiq adalah seorang pastor gereja Katholik Roma di Inggris. Mulanya, ia memiliki pandangan negatif terhadap Islam. Baginya saat itu, Islam hanya identik dengan terorisme, potong tangan, diskriminatif terhadap perempuan, dan lain sebagainya.
Namun, pandangan itu mulai berubah, ketika ia melakukan kunjungan ke Mesir. Di negeri Piramida itu, Idris Tawfiq menyaksikan ketulusan dan kesederhanaan kaum Muslimin dalam melaksanakan ibadah dan serta keramahan sikap mereka.
Ia melihat, sikap umat Islam ternyata sangat jauh bertolak belakang dengan pandangan yang ia dapatkan selama ini di negerinya. Menurutnya, Islam justru sangat lembut, toleran, sederhanan, ramah, dan memiliki sifat keteladanan yang bisa dijadikan contoh bagi agama lainnya.
Di Mesir inilah, Tawfiq merasa mendapatkan kedamaian yang sesungguhnya. Awalnya hanya sebagai pengisi liburan, menyaksikan Pirmadia, unta, pasir, dan pohon palem. Namun, hal itu malah membawanya pada Islam dan membuat perubahan besar dalam hidupnya.
''Awalnya mau berlibur. Saya mengambil penerbangan carter ke Hurghada. Dari Eropa saya mengunjungi beberapa pantai. Lalu, saya naik bis pertama ke Kairo, dan saya menghabiskan waktu yang paling indah dalam hidup saya.''
''Ini adalah kali pertama saya pengenalan ke umat Islam dan Islam. Saya melihat bagaimana Mesir yang lemah lembut seperti itu, orang-orang manis, tapi juga sangat kuat,'' terangnya.
''Saya menyaksikan mereka tenang, lembut, dan tertib dalam beribadah. Begitu ada suara panggilan shalat (azan--Red), mereka yang sebagian pedagang, segera berkemas dan menuju Masjid. Indah sekali saya melihatnya,'' terangnya.
Dari sinilah, pandangan Tawfiq berubah tentang Islam. ''Waktu itu, seperti warga Inggris lainnya, pengetahuan saya tentang Islam tak lebih seperti yang saya lihat di TV, memberikan teror dan melakukan pengeboman. Ternyata, itu bukanlah ajaran Islam. Hanya oknumnya yang salah dalam memahami Islam,'' tegasnya.
Ia pun mempelajari Alquran. Pelajaran yang didapatkannya adalah keterangan dalam Alquran yang menyatakan:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang YAHUDI dan MUSYRIK. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang beriman adalah orang yang berkata, ''Sesungguhnya kami ini orang NASRANI.'' Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena seungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.''
(Al-Maidah ayat 82).
Ayat ini membuatnya berpikir keras. Baginya, Islam sangat baik, toleran. Justru, pihak lain yang memusuhinya. Inilah yang menjadi awal keislaman mantan pastor Inggris dan akhirnya menerima Islam.
Sepulang dari Mesir, Tawfiq masih menjadi penganut agama Katholik. Bahkan, ketika dia aktif mengajarkan pelajaran agama kepada para siswa di sebuah sekolah umum di Inggris, ia diminta mengajarkan pendidikan Studi agama.
''Saya mengajar tentang agama Kristen, Islam, Yudaisme, Buddha dan lain-lain. Jadi, setiap hari saya harus membaca tentang agama Islam untuk bisa saya ajarkan pada para siswa. Dan, di sana banyak terdapat siswa Muslim keturunan Arab. Mereka memberikan contoh pesahabatan yang baik, bersikap santun dengan teman lainnya. Dari sini, saya makin intens berhubungan dengan siswa Muslim,'' ujarnya.
Dan selama bulan Ramadhan, kata dia, dia menyaksikan umat Islam, termasuk para siswanya, berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih bersama-sama. ''Hal itu saya saksikan hampir sebulan penuh. Dan, lama kelamaan saya belajar dengan mereka, kendati waktu itu saya belum menjadi Muslim,'' papar Tawfiq.
Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat-ayat Alquran dari terjemahannya. Dan ketika membaca ayat 83 surah Al-Maidah, ia pun tertegun.
''Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka MENCUCURKAN AIR MATA disebabkan KEBENARAN (Alquran).''
(Al-Maidah ayat 83).
Secara tiba-tiba, kata Tawfiq, ia pun merasakan apa yang disampaikan Alquran. Ia menangis. Namun, hal itu ia sembunyikan dari pandangan para siswanya. Ia merasa ada sesuatu di balik ayat tersebut.
Dari sini, Tawfiq makin intensif mempelajari Islam. Bahkan, ketika terjadi peristiwa 11 September 2001, dengan dibomnya dua menara kembar World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat, dan ketika banyak orang menyematkan pelakunya kalangan Islam. Ia menjadi heran. Kendati masih memeluk Kristen Katholik, ia yakin, Islam tidak seperti itu.
''Awalnya saya sempat takut juga. Saya khawatir peristiwa serupa terulang di Inggris. Apalagi, orang barat telah mencap pelakunya adalah orang Islam. Mereka pun mengecamnya dengan sebutan teroris,'' kata Tawfiq.
Namun, Tawfiq yakin, Islam tidak seperti yang dituduhkan. Apalagi, pengalamannya sewaktu di Mesir, Islam sangat baik, dan penuh dengan toleransi. Ia pun bertanya-tanya. ''Mengapa Islam? Mengapa kita menyalahkan Islam sebagai agama teroris. Bagaimana bila kejadian itu dilakukan oleh orang Kristen? Apakah kemudian Kristen akan dicap sebagai pihak teroris pula?'' Karena itu, ia menilai hal tersebut hanyalah dilakukan oknum tertentu, bukan ajaran Islam.
Masuk Islam
Dari situ, ia pun mencari jawabannya. Ia berkunjung ke Masjid terbesar di London. Di sana berbicara dengan Yusuf Islam tentang Islam. Ia pun kemudian memberanikan diri bertanya pada Yusuf Islam. ''Apa yang akan kamu lakukan bila menjadi Muslim?''
Yusuf Islam menjawab. ''Seorang Muslim harus percaya pada satu Tuhan, shalat lima kali sehari, dan berpuasa selama bulan Ramadhan,'' ujar Yusuf.
Tawfiq berkata, ''Semua itu sudah pernah saya lakukan.''
Yusuf berkata, ''Lalu apa yang Anda tunggu?''
Saya katakan, ''Saya masih seorang pemeluk Kristiani.''
Pembicaraan terputus ketika akan dilaksanakan Shalat Zhuhur. Para jamaah bersiap-siap melaksanakan shalat. Dan, saat shalat mulai dilaksanakan, saya mundur ke belakang, dan menunggu hingga selesai shalat.
Namun, di situlah ia mendengar sebuah suara yang mempertanyakan sikapnya. ''Saya lalu berteriak, kendati dalam hati. ''Siapa yang mencoba bermain-main dengan saya.''
Namun, suara itu tak saya temukan. Namun, suara itu mengajak saya untuk berislam. Akhirnya, setelah shalat selesai dilaksanakan, Tawfiq segera mendatangi Yusuf Islam. Dan, ia menyatakan ingin masuk Islam di hadapan umum. Ia meminta Yusuf Islam mengajarkan cara mengucap dua kalimat syahadat.
''Ayshadu an Laa Ilaha Illallah. Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.'' Saya bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah.
Jamaah pun menyambut dengan gembira. Ia kembali meneteskan air mata, bukan sedih, tapi bahagia.
Ia mantap memilih agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini. Dan, ia tidak menyesali telah menjadi pengikutnya. Berbagai gelar dan penghargaan yang diterimanya dari gereja, ia tanggalkan.
''Dulu saya senang menjadi imam (pastor--Red) untuk membantu masyarakat selama beberapa tahun lalu. Namun, saya merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dan kurang tepat. Saya beruntung, Allah SWT memberikan hidayah pada saya, sehingga saya semakin mantap dalam memilih Islam. Saya tidak menyesal meninggalkan tugas saya di gereja. Saya percaya, kejadian (Islamnya--Red) ini, lebih baik dibandingkan masa lalu saya,'' terangnya.
Berdakwah Lewat Lisan dan Tulisan
Ketika ditanyakan pada Idris Tawfiq tentang perbedaan besar antara Kristen Katholik dan Islam, ia berkata: ''Dasar dari agama Islam adalah Allah. Semua perkara disaksikan Allah, tak ada yang luput dari perhatian-Nya. Ini berbeda dengan yang saya dapatkan dari agama sebelumnya. Islam merupakan agama yang komprehensif.''
Ia menambahkan, Islam mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa beribadah kepada Allah setiap saat. Tak terbatas hanya pada hari Minggu. Selain itu, kata dia, Islam mengajarkan umatnya cara menyapa orang lain dengan lembut, bersikap ramah, mengajarkan adab makan dan minum, memasuki kamar orang lain, cara bersilaturahim yang baik. ''Tak hanya itu, semua persoalan dibahas dan diajarkan oleh Islam,'' terangnya.
Penceramah dan penulis
Caranya bertutur kata, sikapnya yang sopan dan santun banyak disukai masyarakat. Gaya berbicaranya yang baik sangat sederhana dan lemah lembut, menyentuh hati, serta menyebabkan orang untuk berpikir. Ia pun kini giat berceramah dan menulis buku tentang keislaman.
Ia memberikan ceramah ke berbagai tempat dengan satu tujuan, menyebarkan dakwah Islam. Idris Tawfiq mengatakan, dia bukan sarjana. Namun, ia memiliki cara menjelaskan tentang Islam dalam hal-hal yang sangat sederhana. Dia memiliki banyak pengalaman dalam berceramah dan mengenali karakter masyarakat.
Ia juga banyak memberikan bimbingan dan pelatihan menulis serta berpidato bagi siswa maupun orang dewasa. Kesempatan ini digunakannya untuk mengajarkan pada orang lain. Termasuk, menjelaskan Islam pada dunia Barat yang banyak menganut agama non-Muslim.
Idris juga dikenal sebagai penulis. Tulisannya tersebar di berbagai surat kabar, majalah, jurnal, dan website di Inggris Raya. Ia juga menjadi kontributor regional dan Konsultan untuk website www.islamonline.net dan ww.readingislam.com.
DINDING YANG KOSONG
Ada dua orang pasien pria yang menderita sakit parah. Mereka dirawat di rumah sakit yang sama. Pria pertama diizinkan duduk di tempat tidurnya setiap sore selama satu jam. Tujuannya adalah agar cairan dari paru-parunya bisa dikeluarkan. Tempat tidurnya terletak di dekat satu-satunya jendela yang ada di kamar itu. Sedang pria yang kedua harus selalu berbaring dalam keadaan terlentang. Karena di antara dua tempat tidur ada dinding pemisah yang cukup tinggi, pria yang tidur terlentang tidak bisa melihat ke jendela.
Kedua orang pria tersebut sering mengobrol. Macam-macam hal yang mereka bicarakan. Dari mengenai istri, keluarga, rumah, pekerjaan, wajib militer sampai tempat-tempat yang dikunjungi saat liburan. Sore hari, saat pria yang menempati tempat tidur dekat jendela diizinkan duduk, dia bercerita ke teman sekamarnya. Ia melaporkan apa-apa yang dilihatnya di balik jendela.
Pria yang hanya bisa terlentang lama-kelamaan bisa menikmati cerita temannya. Selama satu jam sehari, cara pandangnya diperluas dan dihidupkan kembali dengan mendengarkan tentang kegiatan dan warna-warni dunia luar. Jendela itu menghadap ke sebuah taman. Di taman itu juga ada sebuah danau yang indah dengan bebek-bebek dan angsa-angsa yang berenang di atasnya. Anak-anak bermain dengan mainan kapal layarnya. Pasangan suami isteri yang sedang dimabuk asmara berjalan sambil bergandengan tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni bagaikan warna pelangi. Beberapa pohon besar tumbuh di atas rerumputan. Pemandangan indah kota terlihat dari kejauhan.
Pria yang berada di dekat jendela menceritakan semua ini dengan amat rinci. Pria yang mendengarkan, menutup matanya sambil membayangkan pemandangan-pemandangan yang dituturkan rekannya. Di suatu hari yang cukup terik, pria yang menempati tempat tidur dekat jendela melaporkan tentang sebuah pawai yang lewat di sana. Pria yang kedua tidak bisa mendengar musik bandnya. Namun, dia bisa melihat mereka dengan mata batinnya. Ia seakan melihat badut-badut yang menari-nari, bendera yang berwarna-warni serta mobil dan kuda yang dihias.
Hari pun berlalu. Di dalam hati pria yang tidak bisa melihat ke jendela diam-diam timbul rasa iri atas cerita-cerita yang disampaikan oleh teman sekamarnya, karena dia ingin sekali melihat sendiri semua yang diceritakannya. Dia pun mulai membenci teman sekamarnya, karena dia ingin sekali melihat sendiri semua yang diceritakannya. Dia pun mulai membenci teman sekamarnya dan merasa frustasi. Dia juga ingin menempati tempat tidur di dekat jendela!
Pada suatu pagi seorang juru rawat masuk ke kamarnya. Pria yang ditempatkan di dekat jendela ditemukan meninggal dengan tenang pada saat tidur. Dengan rasa sedih dia memanggil pegawai rumah sakit untuk memindahkan jenazahnya.
Setelah dianggap tepat waktunya, pria yang masih dirawat menanyakan apakah dia bisa dipindahkan ke tempat tidur dekat jendela. Perawat tidak berkeberatan untuk memindahkannya dan setelah yakin pasiennya dalam posisi yang aman, dia meninggalkannya sendirian. Pelan-pelan, sambil menahan rasa sakit, dia berupaya mengangkat tubuhnya dengan satu siku lengannya untuk melihat pertama kalinya dunia di luar jendela. Ia pikir, akhirnya dia bisa juga menikmati kebahagiaan saat melihat taman di luar dan semua kegiatan yang ada. Dia berusaha untuk melongok..
Namun ia menjadi amat terkejut karena ternyata yang dilihatnya hanya dinding yang kosong. Dia segera memanggil suster dan bertanya, “Bagaimana teman sekamar saya bisa melihat semua yang diceritakannya kepada saya? Bagaimana dia bisa menceritakan kepada saya tentang segala keindahan sampai yang sekecil-kecilnya, padahal saya hanya melihat dinding batu bata yang kusam!”
Perawat itu menjawab, “Lho, memang Bapak tidak tahu? Mantan teman sekamar Bapak kan buta, jadi dinding pun tidak mungkin bisa dilihatnya.” Kemudian sang perawat menambahkan, “Mungkin dia hanya ingin membesarkan hati Bapak saja.”
Apakah Anda bisa merasakan emosi yang terkandung dalam cerita ini?
Apakah pernah terpikir oleh Anda untuk menukar posisi Anda dengan posisi orang lain
Karena merasa iri kepada orang tersebut. Apakah Anda pernah merasa demikian kecewa,
misalnya Anda menyangka sesuatu itu begitu indah, tetapi kenyataannya tidak seperti yang Anda bayangkan? Apakah Anda pernah diberi kata-kata pemberi semangat, tetapi Anda tidak pernah mau mensyukurinya?
Kalau hidup Anda terobsesi oleh segala yang dimiliki orang lain, maka Anda tidak merasakan indahnya hal-hal yang akan diberikan oleh orang lain kepada Anda.
Di zaman sekarang ini banyak sekali orang yang ingin memiliki apapun yang dimiliki orang lain. Ingin suami atau istri seperti yang dimiliki orang lain, ingin pekerjaan seperti pekerjaan orang lain, ingin penghargaan seperti yang telah diterima orang lain, ingin popularitas seperti yang diraih oleh orang lain, rumah yang dimiliki orang lain, posisi yang dimiliki oleh orang lain.
Sering pula mereka ingin hal-hal yang mereka anggap ada di dalam diri orang lain. Misalnya, kebahagiaan, rasa memiliki tujuan, kedamaian pikiran, rasa cinta dan kenyamanan. Yang sebenarnya adalah bahwa di setiap situasi pasti ada masalah, di setiap kehidupan pasti ada rintangan, di setiap hubungan pasti ada kesulitan, di setiap kesempatan pasti ada tantangan atau masalah yang berat. Pada dasarnya, pada setiap aspek yang positif selalu ada tandingannya yang bersifat negatif. Karena itu, tidak mungkin ada orang yang bebas dari masalah kehidupan.
Kalau begitu, bagaimana sikap kita dalam menghadapi hal ini?
# Jadilah orang yang PANDAI BERSYUKUR untuk apa yang SUDAH ANDA MILIKI saat ini.
# Bersikaplah POSITIF atas semua keadaan, karena KEBAHAGIAAN itu BUKAN DI LUAR DIRI tetapi ADA di DALAM DIR.
(Dari buku ‘Piano on the Beach’ karangan Jim Dornan. Disusun oleh Andhi Kusuma tanggal 11 januari 2010)
Kedua orang pria tersebut sering mengobrol. Macam-macam hal yang mereka bicarakan. Dari mengenai istri, keluarga, rumah, pekerjaan, wajib militer sampai tempat-tempat yang dikunjungi saat liburan. Sore hari, saat pria yang menempati tempat tidur dekat jendela diizinkan duduk, dia bercerita ke teman sekamarnya. Ia melaporkan apa-apa yang dilihatnya di balik jendela.
Pria yang hanya bisa terlentang lama-kelamaan bisa menikmati cerita temannya. Selama satu jam sehari, cara pandangnya diperluas dan dihidupkan kembali dengan mendengarkan tentang kegiatan dan warna-warni dunia luar. Jendela itu menghadap ke sebuah taman. Di taman itu juga ada sebuah danau yang indah dengan bebek-bebek dan angsa-angsa yang berenang di atasnya. Anak-anak bermain dengan mainan kapal layarnya. Pasangan suami isteri yang sedang dimabuk asmara berjalan sambil bergandengan tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni bagaikan warna pelangi. Beberapa pohon besar tumbuh di atas rerumputan. Pemandangan indah kota terlihat dari kejauhan.
Pria yang berada di dekat jendela menceritakan semua ini dengan amat rinci. Pria yang mendengarkan, menutup matanya sambil membayangkan pemandangan-pemandangan yang dituturkan rekannya. Di suatu hari yang cukup terik, pria yang menempati tempat tidur dekat jendela melaporkan tentang sebuah pawai yang lewat di sana. Pria yang kedua tidak bisa mendengar musik bandnya. Namun, dia bisa melihat mereka dengan mata batinnya. Ia seakan melihat badut-badut yang menari-nari, bendera yang berwarna-warni serta mobil dan kuda yang dihias.
Hari pun berlalu. Di dalam hati pria yang tidak bisa melihat ke jendela diam-diam timbul rasa iri atas cerita-cerita yang disampaikan oleh teman sekamarnya, karena dia ingin sekali melihat sendiri semua yang diceritakannya. Dia pun mulai membenci teman sekamarnya, karena dia ingin sekali melihat sendiri semua yang diceritakannya. Dia pun mulai membenci teman sekamarnya dan merasa frustasi. Dia juga ingin menempati tempat tidur di dekat jendela!
Pada suatu pagi seorang juru rawat masuk ke kamarnya. Pria yang ditempatkan di dekat jendela ditemukan meninggal dengan tenang pada saat tidur. Dengan rasa sedih dia memanggil pegawai rumah sakit untuk memindahkan jenazahnya.
Setelah dianggap tepat waktunya, pria yang masih dirawat menanyakan apakah dia bisa dipindahkan ke tempat tidur dekat jendela. Perawat tidak berkeberatan untuk memindahkannya dan setelah yakin pasiennya dalam posisi yang aman, dia meninggalkannya sendirian. Pelan-pelan, sambil menahan rasa sakit, dia berupaya mengangkat tubuhnya dengan satu siku lengannya untuk melihat pertama kalinya dunia di luar jendela. Ia pikir, akhirnya dia bisa juga menikmati kebahagiaan saat melihat taman di luar dan semua kegiatan yang ada. Dia berusaha untuk melongok..
Namun ia menjadi amat terkejut karena ternyata yang dilihatnya hanya dinding yang kosong. Dia segera memanggil suster dan bertanya, “Bagaimana teman sekamar saya bisa melihat semua yang diceritakannya kepada saya? Bagaimana dia bisa menceritakan kepada saya tentang segala keindahan sampai yang sekecil-kecilnya, padahal saya hanya melihat dinding batu bata yang kusam!”
Perawat itu menjawab, “Lho, memang Bapak tidak tahu? Mantan teman sekamar Bapak kan buta, jadi dinding pun tidak mungkin bisa dilihatnya.” Kemudian sang perawat menambahkan, “Mungkin dia hanya ingin membesarkan hati Bapak saja.”
Apakah Anda bisa merasakan emosi yang terkandung dalam cerita ini?
Apakah pernah terpikir oleh Anda untuk menukar posisi Anda dengan posisi orang lain
Karena merasa iri kepada orang tersebut. Apakah Anda pernah merasa demikian kecewa,
misalnya Anda menyangka sesuatu itu begitu indah, tetapi kenyataannya tidak seperti yang Anda bayangkan? Apakah Anda pernah diberi kata-kata pemberi semangat, tetapi Anda tidak pernah mau mensyukurinya?
Kalau hidup Anda terobsesi oleh segala yang dimiliki orang lain, maka Anda tidak merasakan indahnya hal-hal yang akan diberikan oleh orang lain kepada Anda.
Di zaman sekarang ini banyak sekali orang yang ingin memiliki apapun yang dimiliki orang lain. Ingin suami atau istri seperti yang dimiliki orang lain, ingin pekerjaan seperti pekerjaan orang lain, ingin penghargaan seperti yang telah diterima orang lain, ingin popularitas seperti yang diraih oleh orang lain, rumah yang dimiliki orang lain, posisi yang dimiliki oleh orang lain.
Sering pula mereka ingin hal-hal yang mereka anggap ada di dalam diri orang lain. Misalnya, kebahagiaan, rasa memiliki tujuan, kedamaian pikiran, rasa cinta dan kenyamanan. Yang sebenarnya adalah bahwa di setiap situasi pasti ada masalah, di setiap kehidupan pasti ada rintangan, di setiap hubungan pasti ada kesulitan, di setiap kesempatan pasti ada tantangan atau masalah yang berat. Pada dasarnya, pada setiap aspek yang positif selalu ada tandingannya yang bersifat negatif. Karena itu, tidak mungkin ada orang yang bebas dari masalah kehidupan.
Kalau begitu, bagaimana sikap kita dalam menghadapi hal ini?
# Jadilah orang yang PANDAI BERSYUKUR untuk apa yang SUDAH ANDA MILIKI saat ini.
# Bersikaplah POSITIF atas semua keadaan, karena KEBAHAGIAAN itu BUKAN DI LUAR DIRI tetapi ADA di DALAM DIR.
(Dari buku ‘Piano on the Beach’ karangan Jim Dornan. Disusun oleh Andhi Kusuma tanggal 11 januari 2010)
BELAJAR DENGAN ADIK KECIL ( SUDAHKAH KITA BERSEDEKAH HARI INI? )
Di suatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan di sebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta .
Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari tukang koran , penyapu jalan, tuna wisma sampai Pak Polisi.
Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ? “Kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai di sebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang.
”Dek, boleh kakak bertanya ?” tanyaku.
“Silahkan kak.” Jawab adik kecil.
“Kalau boleh tahu yang barusan Adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?” tanyaku dengan heran.
“Oh… itu bungkusan nasi dan sedikit lauk kak… memang kenapa kak?” dengan sedikit heran , sambil ia balik bertanya.
”Oh... tidak! Kakak Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka?”
Lalu ,Adik kecil ini mulai bercerita, “Dulu … aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma, setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan.”
“Apabila kami mengingat waktu dulu… kami sangat-sangat sedih , namun setelah ibuku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik. Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka.”
”Yang ibu ku selalu katakan ‘hidup harus berarti buat banyak orang ‘, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.”
”Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta, apa yang kita bawa?”
Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hatiku, saat itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.
Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Ya.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu.
Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada-Mu lah yang dapat mengiringiku masuk ke Surga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyakku.
....Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan...
Janganlah ragu , mulailah dari sekarang membiasakan diri berbagi dan memberi walaupun itu untuk perkara-perkara kecil ....
MALULAH kita kepada ALLAH , berapa besar rizki yang DIA berikan untuk kita dan BERAPA BANYAK yang kita berikan untuk NYA ....?
Semoga kisah ini dapat menjadi renungan yang bermanfaat bagi kita bersama ...
(dikutip dari tulisan andi baso)
Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari tukang koran , penyapu jalan, tuna wisma sampai Pak Polisi.
Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ? “Kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai di sebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang.
”Dek, boleh kakak bertanya ?” tanyaku.
“Silahkan kak.” Jawab adik kecil.
“Kalau boleh tahu yang barusan Adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?” tanyaku dengan heran.
“Oh… itu bungkusan nasi dan sedikit lauk kak… memang kenapa kak?” dengan sedikit heran , sambil ia balik bertanya.
”Oh... tidak! Kakak Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka?”
Lalu ,Adik kecil ini mulai bercerita, “Dulu … aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma, setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan.”
“Apabila kami mengingat waktu dulu… kami sangat-sangat sedih , namun setelah ibuku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik. Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka.”
”Yang ibu ku selalu katakan ‘hidup harus berarti buat banyak orang ‘, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.”
”Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta, apa yang kita bawa?”
Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hatiku, saat itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.
Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Ya.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu.
Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada-Mu lah yang dapat mengiringiku masuk ke Surga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyakku.
....Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan...
Janganlah ragu , mulailah dari sekarang membiasakan diri berbagi dan memberi walaupun itu untuk perkara-perkara kecil ....
MALULAH kita kepada ALLAH , berapa besar rizki yang DIA berikan untuk kita dan BERAPA BANYAK yang kita berikan untuk NYA ....?
Semoga kisah ini dapat menjadi renungan yang bermanfaat bagi kita bersama ...
(dikutip dari tulisan andi baso)
JANGAN MELANGKAH SETENGAH HATI
Namanya Abu Qais. Berasal dari Bani Waqif, sebuah kampung di Madinah. Ia bahkan kepala suku itu. Tidak ada yang istimewa dari Abu Qais, juga Bani Waqif, kecuali justru ialah satunya-satunya kabilah yang menolak Islam, ketika Mus’ab bin Umair mengubah Yatsrib menjadi kampung Muslim yang terang benderang. Ketika kemudian tidak ada rumah pun kecuali di dalamnya ada muslim atau muslimah.
Bila Abu Qais tak kunjung menerima Islam, itu bukan karena ia tak mengerti. Abu Qais tidak saja kepala suku yang pintar. Ia juga penyair ulung, tokoh yang disegani, dan penganut ‘agama’ hanifiyah, sebuah keyakinan kepada ‘keaslian kemanusiaan’ yang lurus. Keyakinan itu pula bahkan, yang menjadikannya menolak menjadi Yahudi atau Nasrani. Tetapi itu pula yang membuatnya tak segera mau menerima Islam. Di dalam dirinya ada bimbang, juga kehendak setengah hati untuk menerima Islam. Baginya, menjadi orang hanifiyyun dirasa sudah cukup. Ia lantas mengumandangkan beberapa bait syair:
'manusia sangat perlu
pada banyak hal yang
kesulitan bisa luluh di sekitarnya
manusia sangat perlu
pada sesuatu yang
bila tersesat ia menunjuki ke jalan yang baik
kalaulah tidak karena Tuhan kita, kita telah menjadi Yahudi
kalaulah tidak karena Tuhan kita, kita telah menjadi Nasrani
bersama para rahib di gunung-gunung yang tinggi
ketapi kita dicipta ketika dicipta,
agama kita adalah kemanusiaan yang lurus'
Syair ini justru menggambarkan betapa ia tidak bisa begitu saja menerima Islam. Ia merasa cukup dengan apa yang selama ini diyakini. Menjadi orang ‘baik-baik saja’.
Sudah begitu, dedengkot kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul terus memengaruhinya untuk tidak menerima Islam. Hingga keraguan semakin memenuhi isi hatinya
Hari-hari terus berlalu. Bahkan ketika kota Makkah ditaklukkan Rasulullah, Abu Qais masih setengah hati untuk mau menerima Islam. Sampai akhirnya, ia berjanji akan masuk Islam tahun depan. Tetapi apa lacur? Satu bulan kemudian, ia meninggal, menemui ajal yang tak pernah ia sangka kapan datangnya.
Ini kisah tentang KEPUTUSAN SETENGAH HATI yang membawa bencana. Bagaimana tidak?
Adakah bencana yang lebih bencana, dari mati tidak sebagai muslim?
Adakah bencana yang lebih mengerikan, dari menolak cahaya Islam yang sudah ada di pelupuk mata?
Adakah yang lebih bencana, dari ragu menerima ajakan Rasul,
padahal orang mulia itu hidup satu jaman, satu masa, dan satu tanah air?
Sebuah KEPUTUSAN adalah NASIB.
Ia mengambil perannya pada wilayah IKHTIAR kemanusiaan kita.
Kita MENETAPKAN , dan karenanya kita meniti KEMANTAPAN.
Kita BERBUAT, dan karenanya kita akan menuai HASIL.
Kita MENANAM, dan karenanya kita akan MEMETIK.
Pada sebagian besar keputusan kita, ada implikasi yang sangat serius.
Implikasi bahagia atau sengsara,
pahit atau manis,
bahkan surga atau neraka.
Itulah implikasi nasib kita.
Terlebih keputusan yang berhubungan dengan puncak segala urusan:
iman kepada kebenaran Islam.
Sesuatu yang akan menjadi bekal utama seseorang
untuk menghadap Allah kelak di hari akhirat.
Karenanya, hidup tidak memberi ruang yang istimewa
bagi segala keputusan yang setengah hati.
Tidak saja karena ia bisa mengundang bencana,
tetapi waktu yang berlalu tak mungkin diputar ke depan.
Sebuah keputusan masa lalu yang kini menjadi hitam-putih nasib kita,
tak akan bisa memutar ulang versi revisinya.
Juga karena waktu berjalan begitu cepat,
ia tak memberi tempat untuk segala keputusan setengah hati kita.
Keputusan setengah hati adalah perjalanan yang terhenti karena tertinggal kereta.
Keputusan setengah hati adalah bangun dan menguap saat matahari telah meninggi.
Terlampau banyak yang telah lewat dan berlalu tanpa kita sadari.
Seperti Abu Qais yang begitu saja melewatkan masa-masa terbaik dari seluruh jaman yang ada di bumi. Ia mencoba menunda keislamannya satu tahun mendatang. Ia masih ragu. Sebenarnya, kapasitas intelektualnya sangat memadai untuk mencerna, memahami dan mengerti bahwa apa yang dibawa oleh Rasulullah adalah benar.
Tetapi ia hanya melengkapi ’semacam tradisi’ orang-orang pintar, yang selalu setengah hati untuk memutuskan mengambil jalan kebaikan.
Justru karena bermain dengan argumentasi ilmiah, atau karena pengaruh lingkungan, pengaruh orang-orang tertentu, atau dengan alasan menjaga gengsi, semuanya menjadikan keputusan untuk meniti jalan yang baik hanya kehendak setengah hati.
Romantika dengan jati diri masa lalu juga memberi andil bagi sebuah keputusan yang setengah hati. Setiap orang punya kebiasaan masa lalunya, yang mungkin sudah mendarah dan mendaging dalam dirinya. Dari soal kebiasaan, etika, bahkan keyakinan, yang bertahun-tahun dijalani, hingga segala sesuatunya telah menginternal dalam cita rasa dan perilaku dirinya.
Seperti Abu Qais yang punya masa lalu sebagai orang hanifiyyun, orang yang tulus dengan ‘madzhab kemanusiaan’. Sebuah pandangan yang sebenarnya terwarnai oleh sisa-sisa peninggalan agama nabi Ibrahim. Tidak mudah baginya untuk mengubah jati dirinya.
Padahal menjadi baik secara kemanusiaan saja belum cukup.
Harus ada afiliasi ideologis.
Harus bersama dengan ‘KELOMPOK KEBENARAN’ pada segala tindak tanduk setiap orang…yang sesuai dengan wahyu Ilahi.
Sebuah kesempatan untuk kita mengubah diri,
kadang tidak datang dua kali.
Karenanya keputusan setengah hati pada momentum yang sangat istimewa
Adalah PERJUDIAN dengan KERUGIAN yang sudah PASTI.
Adalah MENGADU NASIB dengan KEKALAHAN yang sudah PASTI.
Tidak saja karena kesempatan tidak selalu datang berulang,
juga karena KEPUTUSAN itu berpacu dengan KEMATIAN yang bisa datang kapan saja.
Seperti satu tahun menunda menjadi Islam, yang diputuskan Abu Qais, mungkin dianggapnya tidak lama.
Tetapi itu sangat terlalu lama untuk sebuah kematian.
Karena ternyata, kematian hanya memberi jeda waktu satu bulan,
sebuah jangka yang tak pernah ia mengerti.
Apa yang ada di sekitar kita harus menjadi bahan yang memadai
untuk membantu kita memutuskan segala kepentingan hidup kita…
Terlebih bila dalam urusan agama.
Orang yang YAKIN tetapi SALAH,
Jauh lebih bisa bersikap ketimbang orang-orang yang setengah hati.
Sebab orang yang yakin tetapi salah... akan secepatnya belajar,
mengevaluasi diri, lalu mencari jalan yang benar,
lalu ia jalani yang lebih baik itu juga dengan keyakinan yang kuat.
Sementara orang-orang yang hidup dengan SETENGAH HATIi,
hanya akan banyak membuang waktu.
Berlari dari kebimbangan yang satu ke kebimbangan yang lain.
Sebuah keputusan adalah nasib.
Tidak saja dalam pengertian ideologi,
tapi juga untuk banyak urusan hidup duniawi.
Setiap kita punya titian hidup yang berbeda.
Punya momentum penting yang berbeda.
Punya kesempatan emas yang berbeda.
Tetapi segalanya bertumpu pada satu hal:
KEPUTUSAN SEPENUH HATI untuk bertindak,
dengan KEYAKINAN yang BENAR,
pada WAKTU yang TEPAT ,
dan dengan PERHITUNGAN yang CERMAT.
Ini memang tidak mudah.
Tetapi, untuk kepentingan apapun -terlebih untuk meniti jalan hidup keislaman- tidak ada waktu dan tempat untuk sebuah keputusan yang setengah hati.
Kita harus mencoba...karena tak ada pilihan lagi selain itu.
Wallahu’alam
Bila Abu Qais tak kunjung menerima Islam, itu bukan karena ia tak mengerti. Abu Qais tidak saja kepala suku yang pintar. Ia juga penyair ulung, tokoh yang disegani, dan penganut ‘agama’ hanifiyah, sebuah keyakinan kepada ‘keaslian kemanusiaan’ yang lurus. Keyakinan itu pula bahkan, yang menjadikannya menolak menjadi Yahudi atau Nasrani. Tetapi itu pula yang membuatnya tak segera mau menerima Islam. Di dalam dirinya ada bimbang, juga kehendak setengah hati untuk menerima Islam. Baginya, menjadi orang hanifiyyun dirasa sudah cukup. Ia lantas mengumandangkan beberapa bait syair:
'manusia sangat perlu
pada banyak hal yang
kesulitan bisa luluh di sekitarnya
manusia sangat perlu
pada sesuatu yang
bila tersesat ia menunjuki ke jalan yang baik
kalaulah tidak karena Tuhan kita, kita telah menjadi Yahudi
kalaulah tidak karena Tuhan kita, kita telah menjadi Nasrani
bersama para rahib di gunung-gunung yang tinggi
ketapi kita dicipta ketika dicipta,
agama kita adalah kemanusiaan yang lurus'
Syair ini justru menggambarkan betapa ia tidak bisa begitu saja menerima Islam. Ia merasa cukup dengan apa yang selama ini diyakini. Menjadi orang ‘baik-baik saja’.
Sudah begitu, dedengkot kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul terus memengaruhinya untuk tidak menerima Islam. Hingga keraguan semakin memenuhi isi hatinya
Hari-hari terus berlalu. Bahkan ketika kota Makkah ditaklukkan Rasulullah, Abu Qais masih setengah hati untuk mau menerima Islam. Sampai akhirnya, ia berjanji akan masuk Islam tahun depan. Tetapi apa lacur? Satu bulan kemudian, ia meninggal, menemui ajal yang tak pernah ia sangka kapan datangnya.
Ini kisah tentang KEPUTUSAN SETENGAH HATI yang membawa bencana. Bagaimana tidak?
Adakah bencana yang lebih bencana, dari mati tidak sebagai muslim?
Adakah bencana yang lebih mengerikan, dari menolak cahaya Islam yang sudah ada di pelupuk mata?
Adakah yang lebih bencana, dari ragu menerima ajakan Rasul,
padahal orang mulia itu hidup satu jaman, satu masa, dan satu tanah air?
Sebuah KEPUTUSAN adalah NASIB.
Ia mengambil perannya pada wilayah IKHTIAR kemanusiaan kita.
Kita MENETAPKAN , dan karenanya kita meniti KEMANTAPAN.
Kita BERBUAT, dan karenanya kita akan menuai HASIL.
Kita MENANAM, dan karenanya kita akan MEMETIK.
Pada sebagian besar keputusan kita, ada implikasi yang sangat serius.
Implikasi bahagia atau sengsara,
pahit atau manis,
bahkan surga atau neraka.
Itulah implikasi nasib kita.
Terlebih keputusan yang berhubungan dengan puncak segala urusan:
iman kepada kebenaran Islam.
Sesuatu yang akan menjadi bekal utama seseorang
untuk menghadap Allah kelak di hari akhirat.
Karenanya, hidup tidak memberi ruang yang istimewa
bagi segala keputusan yang setengah hati.
Tidak saja karena ia bisa mengundang bencana,
tetapi waktu yang berlalu tak mungkin diputar ke depan.
Sebuah keputusan masa lalu yang kini menjadi hitam-putih nasib kita,
tak akan bisa memutar ulang versi revisinya.
Juga karena waktu berjalan begitu cepat,
ia tak memberi tempat untuk segala keputusan setengah hati kita.
Keputusan setengah hati adalah perjalanan yang terhenti karena tertinggal kereta.
Keputusan setengah hati adalah bangun dan menguap saat matahari telah meninggi.
Terlampau banyak yang telah lewat dan berlalu tanpa kita sadari.
Seperti Abu Qais yang begitu saja melewatkan masa-masa terbaik dari seluruh jaman yang ada di bumi. Ia mencoba menunda keislamannya satu tahun mendatang. Ia masih ragu. Sebenarnya, kapasitas intelektualnya sangat memadai untuk mencerna, memahami dan mengerti bahwa apa yang dibawa oleh Rasulullah adalah benar.
Tetapi ia hanya melengkapi ’semacam tradisi’ orang-orang pintar, yang selalu setengah hati untuk memutuskan mengambil jalan kebaikan.
Justru karena bermain dengan argumentasi ilmiah, atau karena pengaruh lingkungan, pengaruh orang-orang tertentu, atau dengan alasan menjaga gengsi, semuanya menjadikan keputusan untuk meniti jalan yang baik hanya kehendak setengah hati.
Romantika dengan jati diri masa lalu juga memberi andil bagi sebuah keputusan yang setengah hati. Setiap orang punya kebiasaan masa lalunya, yang mungkin sudah mendarah dan mendaging dalam dirinya. Dari soal kebiasaan, etika, bahkan keyakinan, yang bertahun-tahun dijalani, hingga segala sesuatunya telah menginternal dalam cita rasa dan perilaku dirinya.
Seperti Abu Qais yang punya masa lalu sebagai orang hanifiyyun, orang yang tulus dengan ‘madzhab kemanusiaan’. Sebuah pandangan yang sebenarnya terwarnai oleh sisa-sisa peninggalan agama nabi Ibrahim. Tidak mudah baginya untuk mengubah jati dirinya.
Padahal menjadi baik secara kemanusiaan saja belum cukup.
Harus ada afiliasi ideologis.
Harus bersama dengan ‘KELOMPOK KEBENARAN’ pada segala tindak tanduk setiap orang…yang sesuai dengan wahyu Ilahi.
Sebuah kesempatan untuk kita mengubah diri,
kadang tidak datang dua kali.
Karenanya keputusan setengah hati pada momentum yang sangat istimewa
Adalah PERJUDIAN dengan KERUGIAN yang sudah PASTI.
Adalah MENGADU NASIB dengan KEKALAHAN yang sudah PASTI.
Tidak saja karena kesempatan tidak selalu datang berulang,
juga karena KEPUTUSAN itu berpacu dengan KEMATIAN yang bisa datang kapan saja.
Seperti satu tahun menunda menjadi Islam, yang diputuskan Abu Qais, mungkin dianggapnya tidak lama.
Tetapi itu sangat terlalu lama untuk sebuah kematian.
Karena ternyata, kematian hanya memberi jeda waktu satu bulan,
sebuah jangka yang tak pernah ia mengerti.
Apa yang ada di sekitar kita harus menjadi bahan yang memadai
untuk membantu kita memutuskan segala kepentingan hidup kita…
Terlebih bila dalam urusan agama.
Orang yang YAKIN tetapi SALAH,
Jauh lebih bisa bersikap ketimbang orang-orang yang setengah hati.
Sebab orang yang yakin tetapi salah... akan secepatnya belajar,
mengevaluasi diri, lalu mencari jalan yang benar,
lalu ia jalani yang lebih baik itu juga dengan keyakinan yang kuat.
Sementara orang-orang yang hidup dengan SETENGAH HATIi,
hanya akan banyak membuang waktu.
Berlari dari kebimbangan yang satu ke kebimbangan yang lain.
Sebuah keputusan adalah nasib.
Tidak saja dalam pengertian ideologi,
tapi juga untuk banyak urusan hidup duniawi.
Setiap kita punya titian hidup yang berbeda.
Punya momentum penting yang berbeda.
Punya kesempatan emas yang berbeda.
Tetapi segalanya bertumpu pada satu hal:
KEPUTUSAN SEPENUH HATI untuk bertindak,
dengan KEYAKINAN yang BENAR,
pada WAKTU yang TEPAT ,
dan dengan PERHITUNGAN yang CERMAT.
Ini memang tidak mudah.
Tetapi, untuk kepentingan apapun -terlebih untuk meniti jalan hidup keislaman- tidak ada waktu dan tempat untuk sebuah keputusan yang setengah hati.
Kita harus mencoba...karena tak ada pilihan lagi selain itu.
Wallahu’alam
tiga faktor pembentuk kepribadian
Sayidina Ali r.a pernah berkata :
1. Jadilah manusia yang paling baik disisi Allah
2. Jadilah manusia yang paling buruk dalam pandangan dirimu
3. Jadilah manusia biasa dalam pandangan Orang lain
Syeh Abdul Qadir Jaelani berkata : “ Bila engkau bertemu dengan seseorang , hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakan dalam hatimu :
“Boleh jadi dia lebih baik disisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya.
Jika orang yang lebih kecil dan lebih muda umurnya daripada dirimu , maka katakanlah dalam hatimu : “ Boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada Allah, sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa , maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik daripada aku.”
Bila dia orang yang lebih tua , hendaknya engkau mengatakan dalam hati : ”Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku”.
Jika dia orang ‘Alim , maka katakan dalam hatimu :” Orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tidak bisa aku raih, telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan, telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya”.
Bila dia Orang Bodoh, maka katakan dalam hatimu : Orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada –NYA , padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan Allah akhiri (apakah dengan husnul khaitimah atau Su’ul khatimah).
Bila dia orang kafir , maka katakan dalam hatimu : “Aku tidak tahu bisa jadi dia akan masuk islam, lalu menyudahi seluruh amalannya dengan amal shalih, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu menyudahi seluruh amalanku dengan amal yang buruk”. ( Nauzubillahi min zalik)
Dalam pandangan islam semua manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan karena status sosial, harta, tahta, keturunan, atau latar belakang pendidikannya. Manusia yang paling mulia derajatnya disisi Allah adalah yang paling tinggi kadar ketakwaannya diantara mereka. Oleh karena itu sebagaian ulama berdoa dengan doa berikut :
“ YA ALLAH JADIKANLAH AKU ORANG YANG PANDAI BERSABAR DAN BERSYUKUR. JADIKANLAH AKU SEORANG YANG HINA MENURUT PANDANGAN DIRIKU SENDIRI DAN JADIKANLAH AKU ORANG YANG BESAR MENURUT PANDANGAN ORANG LAIN”
***
Ahli Bijak ketika ditanya : “ BAGAIMANA KEADAANMU? “ , Mereka menjawab :
1.Aku bersama Allah, yakni selalu melaksanakan perintah-Nya
2. Aku bersama nafsu, yakni selalu memeranginya.
3.Aku bersama dunia, yakni selalu mengambilnya sebatas yang kuperlukan.”
1. Jadilah manusia yang paling baik disisi Allah
2. Jadilah manusia yang paling buruk dalam pandangan dirimu
3. Jadilah manusia biasa dalam pandangan Orang lain
Syeh Abdul Qadir Jaelani berkata : “ Bila engkau bertemu dengan seseorang , hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakan dalam hatimu :
“Boleh jadi dia lebih baik disisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya.
Jika orang yang lebih kecil dan lebih muda umurnya daripada dirimu , maka katakanlah dalam hatimu : “ Boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada Allah, sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa , maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik daripada aku.”
Bila dia orang yang lebih tua , hendaknya engkau mengatakan dalam hati : ”Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku”.
Jika dia orang ‘Alim , maka katakan dalam hatimu :” Orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tidak bisa aku raih, telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan, telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya”.
Bila dia Orang Bodoh, maka katakan dalam hatimu : Orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada –NYA , padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan Allah akhiri (apakah dengan husnul khaitimah atau Su’ul khatimah).
Bila dia orang kafir , maka katakan dalam hatimu : “Aku tidak tahu bisa jadi dia akan masuk islam, lalu menyudahi seluruh amalannya dengan amal shalih, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu menyudahi seluruh amalanku dengan amal yang buruk”. ( Nauzubillahi min zalik)
Dalam pandangan islam semua manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan karena status sosial, harta, tahta, keturunan, atau latar belakang pendidikannya. Manusia yang paling mulia derajatnya disisi Allah adalah yang paling tinggi kadar ketakwaannya diantara mereka. Oleh karena itu sebagaian ulama berdoa dengan doa berikut :
“ YA ALLAH JADIKANLAH AKU ORANG YANG PANDAI BERSABAR DAN BERSYUKUR. JADIKANLAH AKU SEORANG YANG HINA MENURUT PANDANGAN DIRIKU SENDIRI DAN JADIKANLAH AKU ORANG YANG BESAR MENURUT PANDANGAN ORANG LAIN”
***
Ahli Bijak ketika ditanya : “ BAGAIMANA KEADAANMU? “ , Mereka menjawab :
1.Aku bersama Allah, yakni selalu melaksanakan perintah-Nya
2. Aku bersama nafsu, yakni selalu memeranginya.
3.Aku bersama dunia, yakni selalu mengambilnya sebatas yang kuperlukan.”
PETUAH-PETUAH RASUL YANG PENUH HIKMAH
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
1. Barangsiapa yang MENGHILANGKAN KESULITAN HIDUP yang dialami oleh seorang mukmin di DUNIA niscaya Allah akan LEPASKAN darinya beban KESULITAN HIDUP pada hari KIAMAT.
2. Barangsiapa yang MERINGANKAN beban orang yang KESULITAN untuk MELUNASI HUTANGNYA maka Allah akan berikan KERINGANAN baginya di DUNIA dan di AKHIRAT.
3. Barangsiapa yang MENUTUPI KEBURUKAN seorang muslim maka Allah akan MENUTUPI KEBURKANNYA di DUNIA dan di AKHIRAT.
4. Allah senantiasa MENOLONG seorang hamba selama dia mau MENOLONG saudaranya.
5. Barangsiapa yang menempuh suatu JALAN dalam rangka MENCARI ILMU maka Allah akan MUDAHKAN baginya JALAN menuju SURGA.
6. Tidaklah suatu kaum berkumpul di dalam salah satu rumah Allah dengan MEMBACA KITABULLAH di dalamnya dan SALING MEMPELAJARINYA di antara mereka melainkan akan turun kepada mereka KETENANGAN dan KASIH SAYANG akan meliputi mereka serta para MALAIKAT akan meliputi mereka, Allah juga akan MENYEBUT0NYEBUT mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.
7. Barangsiapa yang LAMBAT AMALNYA maka tingginya garis keturunannya tidak bisa MEMPERCEPAT PAHALA amalnya.”
BUKANKAH KEBAIKAN AKAN DIBALAS DENGAN KEBAIKAN?
Share
Wednesday, 03 February 2010 at 15:35
HAL JAZAAUL IKHSAAN ILLAL IKHSAAN
Ini adalah kisah nyata seorang hamba Allah bernama Ibnu Jad'aan dengan kedermawanannya yang terjadi kira-kira seratus tahun yang lalu di Saudi Arabia.
Dia (Ibnu Jad'aan) mengatakan selama musim semi dia sering pergi keluar. Dia menemukan unta-untanya dalam keadaaan sehat dan baik. Unta-unta betina memiliki susu yang penuh seolah-olah memancar keluar sewaktu-waktu. Setiap kali seekor anak unta mendakati ibunya, air susu akan mengalir dengan kelimpahan berkah.
Tatkala aku (Ibnu Jad'aan) melihat salah satu dari untaku dan anaknya, aku teringat tetanggaku yang miskin yang memiliki tujuh orang anak perempuan. Jadi aku berkata pada diriku, demi Allah aku akan memberikan unta ini dan anaknya sebagai sedekah kepada tetanggaku - dan ia membacakan Firman Allah di dalam QS Al-Imran : 92.
لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَىۡءٍ۬ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ۬
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan [yang sempurna], sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”
“Dan yang paling dicintai dari antara hewan ternakku adalah unta betina ini. Jadi aku membawanya dan mengetuk pintu tetanggaku. Aku berharap dia mau menerima sebagai hadiah dariku. Ku lihat wajahnya sendu akan kebahagiaan dan tak mampu berkata apapun”
Setelah itu tetangganya mendaparkan manfaat dari susunya, unta tersebut dapat pula membantunya bekerja membawa kayu, dan saat unta melahirkan anak, sebagian bisa dijualnya. Tetangga miskin itu mendapatkan berkah atas unta yang diberikan.
Musim semi berlalu, musim panas yang kering datang dan orang Badui mulai mencari air dan rumput. Kami mengumpulkan barang-barang kami dan meninggalkan tempat kami untuk mencari air dan masuk kedalam ”duhool” atau 'lubang' di bumi, yang terletak di bawah tanah dan mengarah ke sumber air di bawah tanah. Orang badui sangat mengenal baik tempat seperti ini.
Aku (yakni Ibnu Jad'aan) masuk ke dalam salah satu lubang untuk membawa air buat diminum. Ketiga putranya menunggunya di luar. Namun Ibnu Jad’aan tidak kembali. Mereka menunggunya satu, dua dan tiga hari dan akhirnya menjadi putus asa.
Mereka berfikir mungkin bapaknya telah mati digigit ular. Putranya tidak berusaha menolong (naadzubillah min dzalik), bahkan sebaliknya berusaha membagi warisan dengan serakah.
Lalu mereka pulang ke rumah dan membagi harta warisan. Mereka teringat bahwa sang ayah (Ibnu Jad'aan) memberikan unta betina ke tetangga miskin. Mereka beranjak ke tetangga tersebut dan mengatakan kepadanya untuk meminta kembali atau dengan diambil secara paksa.
Tetangga miskin itu sedih dan akan melaporkannya kepada Ibnu Jad’aan, tapi ketiga anaknya memberitahukan bahwa ia telah meninggal dan menceritakan kejadiannya.
Tetangga miskin itu berkata: "Demi Allah aku akan mencari tempat tersebut, ambillah unta betina ini dan lakukan apapun yang kamu mau dan aku tidak berharap untamu kembali kepadaku!"
Ketiga anak yang serakah ini membawa untanya pergi. Sepeninggal mereka, si tetangga miskin itu pergi berusaha melihat tempat lubang tersebut. Dengan membawa tali, menyalakan obor, dan kemudian ia melangkah masuk kedalamnya. Ia merayap namun terguling dan dalam keadaan gelap ia merasakan adanya uap air yang mendekat dan tiba-tiba dia mendengar suara seorang lelaki merintih dan mengerang.
Ia berusaha mencari ke arah suara tersebut dan tangannya menggapi tangan orang itu (Ibnu Jad'aan). Tetangga miskin itu memeriksa dan mendapatinya masih bernafas. Dipapahnya keluar dan diberikannya minuman.
Dia membawa ke rumahnya dengan digendong keatas punggungnya, sementara anak-anaknya tidak ada satupun yang tahu. Setelah pulih, dia kemudian bertanya kepada Ibnu Jad’aan: "Katakan kepadaku, demi Allah, selama seminggu kamu berada di bawah tanah tetapi tidak meninggal ¿”
"Saya akan ceritakan sesuatu yang aneh ..." Ibnu Jad’aan menjelaskan: "... ketika aku berada di dalam sana, aku tersesat, aku berkata : lebih baik aku tinggal dekat yang ada airnya sehingga aku bisa minum. Namun kelaparan tidak punya belas kasihan dan air sudah mulai habis. Lalu setelah tiga hari kelaparan, aku terbaring dan menyerah diri kepada Allah dan meletakkan semua urusan di tanganNya. Tiba-tiba aku merasakan kehangatan tuangkan susu ke mulutku. Aku terduduk di tengah-tengah kegelapan dan aku melihat sebuah panci datang menghampiriku. Aku minum darinya dan kemudian ia pergi! Hal ini terjadi tiga kali dalam sehari, tetapi dua hari terakhir ini berhenti dan aku tidak tahu apa yang terjadi. "
Tetangganya kemudian memberitahukan kepadanya: "Jika anda tahu alasannya Anda pasti akan kagum! Putra anda berfikir bahwa anda telah meninggal dan mereka datang kepadaku dan untuk mengambil unta betina yang Allah (Subhaanahu Wa Ta'Aala) telah berikan susunya kepada Anda!"
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS: At Talaaq, 2-3)
1. Barangsiapa yang MENGHILANGKAN KESULITAN HIDUP yang dialami oleh seorang mukmin di DUNIA niscaya Allah akan LEPASKAN darinya beban KESULITAN HIDUP pada hari KIAMAT.
2. Barangsiapa yang MERINGANKAN beban orang yang KESULITAN untuk MELUNASI HUTANGNYA maka Allah akan berikan KERINGANAN baginya di DUNIA dan di AKHIRAT.
3. Barangsiapa yang MENUTUPI KEBURUKAN seorang muslim maka Allah akan MENUTUPI KEBURKANNYA di DUNIA dan di AKHIRAT.
4. Allah senantiasa MENOLONG seorang hamba selama dia mau MENOLONG saudaranya.
5. Barangsiapa yang menempuh suatu JALAN dalam rangka MENCARI ILMU maka Allah akan MUDAHKAN baginya JALAN menuju SURGA.
6. Tidaklah suatu kaum berkumpul di dalam salah satu rumah Allah dengan MEMBACA KITABULLAH di dalamnya dan SALING MEMPELAJARINYA di antara mereka melainkan akan turun kepada mereka KETENANGAN dan KASIH SAYANG akan meliputi mereka serta para MALAIKAT akan meliputi mereka, Allah juga akan MENYEBUT0NYEBUT mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.
7. Barangsiapa yang LAMBAT AMALNYA maka tingginya garis keturunannya tidak bisa MEMPERCEPAT PAHALA amalnya.”
BUKANKAH KEBAIKAN AKAN DIBALAS DENGAN KEBAIKAN?
Share
Wednesday, 03 February 2010 at 15:35
HAL JAZAAUL IKHSAAN ILLAL IKHSAAN
Ini adalah kisah nyata seorang hamba Allah bernama Ibnu Jad'aan dengan kedermawanannya yang terjadi kira-kira seratus tahun yang lalu di Saudi Arabia.
Dia (Ibnu Jad'aan) mengatakan selama musim semi dia sering pergi keluar. Dia menemukan unta-untanya dalam keadaaan sehat dan baik. Unta-unta betina memiliki susu yang penuh seolah-olah memancar keluar sewaktu-waktu. Setiap kali seekor anak unta mendakati ibunya, air susu akan mengalir dengan kelimpahan berkah.
Tatkala aku (Ibnu Jad'aan) melihat salah satu dari untaku dan anaknya, aku teringat tetanggaku yang miskin yang memiliki tujuh orang anak perempuan. Jadi aku berkata pada diriku, demi Allah aku akan memberikan unta ini dan anaknya sebagai sedekah kepada tetanggaku - dan ia membacakan Firman Allah di dalam QS Al-Imran : 92.
لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَىۡءٍ۬ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ۬
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan [yang sempurna], sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”
“Dan yang paling dicintai dari antara hewan ternakku adalah unta betina ini. Jadi aku membawanya dan mengetuk pintu tetanggaku. Aku berharap dia mau menerima sebagai hadiah dariku. Ku lihat wajahnya sendu akan kebahagiaan dan tak mampu berkata apapun”
Setelah itu tetangganya mendaparkan manfaat dari susunya, unta tersebut dapat pula membantunya bekerja membawa kayu, dan saat unta melahirkan anak, sebagian bisa dijualnya. Tetangga miskin itu mendapatkan berkah atas unta yang diberikan.
Musim semi berlalu, musim panas yang kering datang dan orang Badui mulai mencari air dan rumput. Kami mengumpulkan barang-barang kami dan meninggalkan tempat kami untuk mencari air dan masuk kedalam ”duhool” atau 'lubang' di bumi, yang terletak di bawah tanah dan mengarah ke sumber air di bawah tanah. Orang badui sangat mengenal baik tempat seperti ini.
Aku (yakni Ibnu Jad'aan) masuk ke dalam salah satu lubang untuk membawa air buat diminum. Ketiga putranya menunggunya di luar. Namun Ibnu Jad’aan tidak kembali. Mereka menunggunya satu, dua dan tiga hari dan akhirnya menjadi putus asa.
Mereka berfikir mungkin bapaknya telah mati digigit ular. Putranya tidak berusaha menolong (naadzubillah min dzalik), bahkan sebaliknya berusaha membagi warisan dengan serakah.
Lalu mereka pulang ke rumah dan membagi harta warisan. Mereka teringat bahwa sang ayah (Ibnu Jad'aan) memberikan unta betina ke tetangga miskin. Mereka beranjak ke tetangga tersebut dan mengatakan kepadanya untuk meminta kembali atau dengan diambil secara paksa.
Tetangga miskin itu sedih dan akan melaporkannya kepada Ibnu Jad’aan, tapi ketiga anaknya memberitahukan bahwa ia telah meninggal dan menceritakan kejadiannya.
Tetangga miskin itu berkata: "Demi Allah aku akan mencari tempat tersebut, ambillah unta betina ini dan lakukan apapun yang kamu mau dan aku tidak berharap untamu kembali kepadaku!"
Ketiga anak yang serakah ini membawa untanya pergi. Sepeninggal mereka, si tetangga miskin itu pergi berusaha melihat tempat lubang tersebut. Dengan membawa tali, menyalakan obor, dan kemudian ia melangkah masuk kedalamnya. Ia merayap namun terguling dan dalam keadaan gelap ia merasakan adanya uap air yang mendekat dan tiba-tiba dia mendengar suara seorang lelaki merintih dan mengerang.
Ia berusaha mencari ke arah suara tersebut dan tangannya menggapi tangan orang itu (Ibnu Jad'aan). Tetangga miskin itu memeriksa dan mendapatinya masih bernafas. Dipapahnya keluar dan diberikannya minuman.
Dia membawa ke rumahnya dengan digendong keatas punggungnya, sementara anak-anaknya tidak ada satupun yang tahu. Setelah pulih, dia kemudian bertanya kepada Ibnu Jad’aan: "Katakan kepadaku, demi Allah, selama seminggu kamu berada di bawah tanah tetapi tidak meninggal ¿”
"Saya akan ceritakan sesuatu yang aneh ..." Ibnu Jad’aan menjelaskan: "... ketika aku berada di dalam sana, aku tersesat, aku berkata : lebih baik aku tinggal dekat yang ada airnya sehingga aku bisa minum. Namun kelaparan tidak punya belas kasihan dan air sudah mulai habis. Lalu setelah tiga hari kelaparan, aku terbaring dan menyerah diri kepada Allah dan meletakkan semua urusan di tanganNya. Tiba-tiba aku merasakan kehangatan tuangkan susu ke mulutku. Aku terduduk di tengah-tengah kegelapan dan aku melihat sebuah panci datang menghampiriku. Aku minum darinya dan kemudian ia pergi! Hal ini terjadi tiga kali dalam sehari, tetapi dua hari terakhir ini berhenti dan aku tidak tahu apa yang terjadi. "
Tetangganya kemudian memberitahukan kepadanya: "Jika anda tahu alasannya Anda pasti akan kagum! Putra anda berfikir bahwa anda telah meninggal dan mereka datang kepadaku dan untuk mengambil unta betina yang Allah (Subhaanahu Wa Ta'Aala) telah berikan susunya kepada Anda!"
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS: At Talaaq, 2-3)
ADJAN
ADZAN
Banyak diantara kita masih memahami adzan adalah pertanda sudah masuk sholat, tetpai apa sebenarnya makna ADZAN?
Adzan dalam bahasa arab berasal dari kata AADZANA – YUAADZINU…yang berarti PANGGILAN - MEMANGGIL, jadi kalau ada adzan berarti kita sedang dipanggil…
Dan panggilan adzan ini adalah panggilan BESAR atas nama Allah subhanahu wa ta'ala, karena Adzan dimulai dengan lafadz ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar), berarti yang lainnya kecil, kita harus mendahulukan Allah subhanahu wa ta'ala dari pada yang lain.
Makna ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH adalah kita bersakasi dan mengakui bahwa kita menjadikan Allah subhanahu wa ta'ala sebagai satu-satunya dzat yang berhak DISEMBAH, DITAATI dan DICINTAI.
Makna WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAAH adalah bersaksi dan mengakui bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai UTUSAN Allah yang harus DICINTAI, DITAATI dan DITELADANI.
Setelah kita diingatkan dengan ketiga hal tersebut, baru DISERU ...
HAYYA 'ALASHSHOLAAH...(MARIi kita SHOLAT)
HAYYA 'ALALFALAAH (MARI kita mencapai KEMENAGAN)
Selanjutnya kita diingatkan lagi bahwa Allah-lah dzat yang Maha BESAR (ALLAHU AKBAR), karena bisa jadi kita masih lebih membesarkan yang lain selain Allah subhanahu wa ta'ala
Dan ditutup LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tidak Tuhan yang berhak DISEMBAH dan DITAATI kecuali Allah), karena bisa jadi kita masih menjadikan ILAH atau tuhan-tuhan yang lain selain Allah, seperti menuhankan hawa nafsu kita.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan HAWA NAFSUnya sebagai TUHANnya, dan Allah membiarkannya SESAT berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS Al Jatsiyah : 23)
Sahabat andi bazo...
Jadi hanya orang-orang yang mempunyai HATI yang bersih dan mencintai-Nya serta mendapat petunjuk-Nya yang akan mudah memenuhi panggilan Adzan...
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- dia berkata; Ada seorang lelaki buta (namanya Abdullah bin Ummi Maktum) yang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia mengatakan,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya tidak memiliki penuntun yang menuntun saya untuk berangkat ke masjid.”
Dia meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diberikan keringanan agar diperbolehkan untuk sholat di rumahnya. Maka Nabi pun memberikan keringanan kepadanya, kemudian ketika lelaki itu berbalik untuk pulang beliau memanggilnya dan bertanya,
“Apakah kamu masih MENDENGAR panggilan adzan?”. Dia menjawab, “Iya.” Maka beliau bersabda, “Kalau begitu maka PENUHILAH.”
(HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)
Orang yang buta saja harus memenuhi panggilan Adzan, karena dia masih MENDENGAR panggilan.
Dan Shalat Berjama’ah di masjid merupakan sunnah rasul yang harus dijalankan ummatnya.
Dari Abdullah -yaitu Ibnu Mas’ud- -radhiyallahu’anhu, dia berkata:
“Barangsiapa yang ingin BERJUMPA dengan Allah kelak di akhirat sebagai seorang MUSLIM
maka hendaklah dia menjaga sholat-sholat wajib itu yang apabila saatnya tiba maka adzan pun dikumandangkan.
Sesungguhnya Allah mensyari’atkan untuk Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam berbagai JALAN PETUNJUK,
dan sesungguhnya SHOLAT BERJAMA’AH itu termasuk jalan petunjuk.
Kalau saja kalian mengerjakan sholat di RUMAH-RUMAH kalian sebagaimana sholatnya orang yang sengaja meninggalkan jama’ah itu sehingga dia mengerjakannya di rumahnya maka itu artinya kalian telah MENINGGALKAN Sunnah Nabi kalian,
dan kalau kalian sudah meninggalkan Sunnah Nabi kalian maka pastilah kalian menjadi SESAT.
Tidaklah seseorang bersuci dengan sebaik-baiknya kemudian dia bersengaja untuk ke masjid di antara masjid-masjid yang ada ini kecuali Allah pasti akan mencatat SATU KEBAIKAN baginya dari setiap langkah kakinya dan Allah akan MENAIKKAN DERAJATNYA setiap kali dia melangkahkan kakinya itu,
dan Allah berkenan untuk MENGHAPUSKAN karenanya satu kejelekan.
Banyak diantara kita masih memahami adzan adalah pertanda sudah masuk sholat, tetpai apa sebenarnya makna ADZAN?
Adzan dalam bahasa arab berasal dari kata AADZANA – YUAADZINU…yang berarti PANGGILAN - MEMANGGIL, jadi kalau ada adzan berarti kita sedang dipanggil…
Dan panggilan adzan ini adalah panggilan BESAR atas nama Allah subhanahu wa ta'ala, karena Adzan dimulai dengan lafadz ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar), berarti yang lainnya kecil, kita harus mendahulukan Allah subhanahu wa ta'ala dari pada yang lain.
Makna ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH adalah kita bersakasi dan mengakui bahwa kita menjadikan Allah subhanahu wa ta'ala sebagai satu-satunya dzat yang berhak DISEMBAH, DITAATI dan DICINTAI.
Makna WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAAH adalah bersaksi dan mengakui bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai UTUSAN Allah yang harus DICINTAI, DITAATI dan DITELADANI.
Setelah kita diingatkan dengan ketiga hal tersebut, baru DISERU ...
HAYYA 'ALASHSHOLAAH...(MARIi kita SHOLAT)
HAYYA 'ALALFALAAH (MARI kita mencapai KEMENAGAN)
Selanjutnya kita diingatkan lagi bahwa Allah-lah dzat yang Maha BESAR (ALLAHU AKBAR), karena bisa jadi kita masih lebih membesarkan yang lain selain Allah subhanahu wa ta'ala
Dan ditutup LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tidak Tuhan yang berhak DISEMBAH dan DITAATI kecuali Allah), karena bisa jadi kita masih menjadikan ILAH atau tuhan-tuhan yang lain selain Allah, seperti menuhankan hawa nafsu kita.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan HAWA NAFSUnya sebagai TUHANnya, dan Allah membiarkannya SESAT berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS Al Jatsiyah : 23)
Sahabat andi bazo...
Jadi hanya orang-orang yang mempunyai HATI yang bersih dan mencintai-Nya serta mendapat petunjuk-Nya yang akan mudah memenuhi panggilan Adzan...
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- dia berkata; Ada seorang lelaki buta (namanya Abdullah bin Ummi Maktum) yang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia mengatakan,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya tidak memiliki penuntun yang menuntun saya untuk berangkat ke masjid.”
Dia meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diberikan keringanan agar diperbolehkan untuk sholat di rumahnya. Maka Nabi pun memberikan keringanan kepadanya, kemudian ketika lelaki itu berbalik untuk pulang beliau memanggilnya dan bertanya,
“Apakah kamu masih MENDENGAR panggilan adzan?”. Dia menjawab, “Iya.” Maka beliau bersabda, “Kalau begitu maka PENUHILAH.”
(HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)
Orang yang buta saja harus memenuhi panggilan Adzan, karena dia masih MENDENGAR panggilan.
Dan Shalat Berjama’ah di masjid merupakan sunnah rasul yang harus dijalankan ummatnya.
Dari Abdullah -yaitu Ibnu Mas’ud- -radhiyallahu’anhu, dia berkata:
“Barangsiapa yang ingin BERJUMPA dengan Allah kelak di akhirat sebagai seorang MUSLIM
maka hendaklah dia menjaga sholat-sholat wajib itu yang apabila saatnya tiba maka adzan pun dikumandangkan.
Sesungguhnya Allah mensyari’atkan untuk Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam berbagai JALAN PETUNJUK,
dan sesungguhnya SHOLAT BERJAMA’AH itu termasuk jalan petunjuk.
Kalau saja kalian mengerjakan sholat di RUMAH-RUMAH kalian sebagaimana sholatnya orang yang sengaja meninggalkan jama’ah itu sehingga dia mengerjakannya di rumahnya maka itu artinya kalian telah MENINGGALKAN Sunnah Nabi kalian,
dan kalau kalian sudah meninggalkan Sunnah Nabi kalian maka pastilah kalian menjadi SESAT.
Tidaklah seseorang bersuci dengan sebaik-baiknya kemudian dia bersengaja untuk ke masjid di antara masjid-masjid yang ada ini kecuali Allah pasti akan mencatat SATU KEBAIKAN baginya dari setiap langkah kakinya dan Allah akan MENAIKKAN DERAJATNYA setiap kali dia melangkahkan kakinya itu,
dan Allah berkenan untuk MENGHAPUSKAN karenanya satu kejelekan.
Langganan:
Postingan (Atom)